Garam ada dua jenis, yaitu garam
negatif dan garam positif. Contoh dari garam negatif adalah keluarga Lot. Saat
Sodom dan Gomora dimusnahkan, Lot beserta keluarganya didesak malaikat Tuhan
untuk segera keluar tetapi mereka berlambat-lambat (Kej 19:15-16), istri Lot
menoleh ke belakang padahal malaikat sudah memerintahkan agar jangan menoleh ke
belakang dan akhirnya menjadi tiang garam, anak-anak Lot berbuat jahat dengan
tidur dengan ayahnya. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa garam negatif
adalah perbuatan jahat.
Asaf, dalam kitab Mazmur,
dituliskan cemburu kepada orang fasik karena walaupun jahat perbuatannya tetapi
mereka selalu baik kehidupannya sehingga orang-orang berbalik kepada mereka
(Mzm 73:3-10). Garam negatif pengaruhnya sangat besar, orang-orang berbalik
kepada orang fasik berarti mereka mengikuti orang fasik sehingga mereka ikut
menjadi fasik, hasilnya mereka tidak mendapat keselamatan dan akhirnya menjadi
peringatan yang buruk (seperti istri Lot).
Orang Kristen tidak boleh menjadi
garam negatif sebaliknya harus menjadi garam yang positif karena itulah yang
diinginkan Tuhan, seperti yang dituliskan dalam Matius 5:13 kita harus menjadi
terang dan garam dunia, itulah tuntutan kita sebagai orang Kristen. Fungsi garam
adalah memberi rasa. Apa maksud memberi rasa? Dengan menjadi garam positif kita
memberi rasa yaitu kasih dan kebenaran Allah kepada orang lain sehingga orang
lain dapat mengikut Tuhan. Sudahkah kita memberi rasa kepada lingkungan sekitar
kita? Haruslah kita terus mengejar (menjadi garam) selama kita masih diberi
kesempatan atau kita masih menjadi garam. Seharusnya kita terus bertambah asin
tidak menjadi tawar karena saat kita menjadi tawar, hanya akan menjadi batu
biasa dan dibuang. Semua orang bisa menjadi garam, apapun status kehidupan
orang itu karena di mata Tuhan semua orang adalah sama sehingga kita semua
haruslah berusaha keras untuk menjadi garam yang dapat memberi rasa dan menjadi
garam positif bagi diri kita sendiri dan orang lain.
Fungsi garam yang lain adalah
menjaga tubuh. Garam dapat menjaga tubuh dari kuman, virus, bakteri dll.
Hendaknya kita dapat menjadi garam yang dapat menjaga tidak hanya tubuh duniawi
tetapi juga tubuh rohani dan ini adalah hal yang penting karena sekali tidak
terlindungi, kuman, bakteri virus dan hal-hal yang jahat lainnya bisa masuk.
Hal ini dapat terjadi saat garam sudah mulai tawar sehingga tidak ada yang
menjaga dan hasilnya tubuh dan kerohanian bisa rusak.
Jadi kita harus hidup seperti
garam yang asin dan harus semakin asin dengan cara hidup dengan hikmat dari
Tuhan (Kol 4:5-6). Hidup dengan hikmat bisa dilakukan dengan cara penuh dengan
kasih. Kasih yang disertai dengan kebenaran firman Tuhan sehingga Tuhan akan
selalu menyertai kita melalui Roh Kudus. Kita juga harus menguasai kebenaran
firman Tuhan sehingga kita dapat memberi rasa (menjadi garam positif) kepada
orang lain serta jangan lupa terus berdoa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar