Sabtu, 20 Agustus 2016

Berdiri Teguh

berdiri-teguh-renunganhariananak.blogspot.com

Bahan: Mat 7:26-27

Kita datang ke gereja dari pagi sampai sore untuk mendengar Firman Tuhan. Firman yang telah didengar, adakah yang telah dilakukan? Apakah hanya didengar atau dibaca saja? Yesus berkata itu seperti mendirikan rumah di atas pasir.

Keaktifan beribadah tidak menjamin akan memiliki dasar iman yang kuat seperti batu, bisa saja aktif beribadah tetapi dasarnya seperti pasir, ketika hujan dan banjir melanda maka akan mudah roboh. Hujan dan banjir berasal dari Tuhan dan identik dengan ujian/pencobaan yang tidak akan melampaui kekuatan manusia. Sekarang bisakah hujan dan banjir (ujian/pencobaan) yang menimpa tidak membuat rumah yang dibangun roboh melainkan tetap berdiri teguh?


Rumah yang roboh terkena banjir pastinya karena pondasinya tidak kuat/tidak cukup menahan rumah tersebut. Rumah adalah diri kita sendiri, seberapa kuat kita sebagai rumah dapat menahan kesulitan yang menerjang kehidupan? Jika karena banjir/kesulitan kecil, kita sudah roboh, bagaimana jika Allah mengijinkan hujan besar? Allah sudah berbaik hati melindungi dari banjir yg besar, seharusnya kita memanfaatkan kesempatan itu untuk beribadah dan memperkuat dasar rumah kita sehingga kita dapat tetap berdiri teguh saat diterjang hujan/ujian/pencobaan.

Namun yang kita lakukan malah mulai melupakan Tuhan dan tidak lagi melakukan kewajiban yangg harus dilakukan untuk Allah. Kewajiban apa saja itu? Ada dua bagian besar yaitu yang terdapat dalam hukum kasih (Mat 22:37-40). Biasa kita bagi 10 perintah berdasarkan hukum ini, sudahkan kita lakukan semua?


Misalnya hukum pertama: jangan ada padamu Allah lain dihadapanmu. Jika kita menolong orang lain agar orang itu dapat menolong kita berarti kita berharap pada pertolongan orang itu dan itu telah menduakan Tuhan.

Jika kita mendirikan diatas pasir berarti kebenaran yang dipegang dapat tergeser namun jika diatas batu maka kebenaran tidak akan goyah walaupun oleh angin dan banjir besar. Membangun diatas batu berarti kita mendengar, memahami dan melakukan semua firman bukan memilih melakukan firman yang kita suka saja. Mendengar dan memahami firman berarti kita berusaha memahami kebenaran dari firman Tuhan dan kebenaran yang sudah dipahami harus dipertahankan walaupun bertemu dengan banjir yang tidak hanya menuerang jasmani tetapi juga rohani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...