Minggu, 25 September 2016

Sekeluarga Menyembah Allah

Keluarga adalah unit masyarakat terkecil yaitu ayah, ibu, anak. Menyembah Allah berarti menyembah Allah yang sama tetapi seringkali dijumpai ayah menyembah allah A, ibu menyembah allah B, dan anak bisa menyembah allah C. Hal ini akan menimbulkan masalah terutama masalah ibadah.

Jadi proses membentuk keluarga haruslah benar, maksudnya benar dalam memilih pasangan. Proses membentuk keluarga (perkawinan) yang salah antara lain:


1. Pasangan yang dicari umumnya memilih pasangan yang cantik/tampan dan kaya raya. Tapi kedua hal ini adalah bonus bukan hal yang utama, namun sering dijadikan hal utama dalam mencari pasangan.

2. Ada juga orang menikah hanya untuk memberikan keturunan, biasanya karena tekanan orang tua.

3. Perkawinan juga seringkali untuk mencari keuntungan, misalnya anak konglomerat menikah dengan sesama konglomerat.

4. Perkawinan juga untuk mendapatkan kedudukan, misal menikahi anak pimpinan pwrusahan otomatis kedudukan di perusahaan juga meningkat.

Jika dasarnya salah maka tidak bisa sekeluarga menyembah Allah yang benar. Untuk bisa mengerti perkawinan yang benar, kita harus mengerti dulu tujuan perkawinan menurut Allah:

1. Tuhan menyediakan pasangan sebagai penolong (Kej 2:17). Pasangan harus saling tolong-menolong. Bukan hanya wanita sebagai penolong pria.

2. Untuk memperoleh keturunan ilahi (Kej 1:28). Keturunan membuat hidup pasangan menjadi lebih baik.

3. Perkawinan untuk melayani Allah. Suami-istri bersama-sama melayani Allah.

4. Mengenal rahasia Kristus
Apa rahasia Kristus? Lihat Ef 5:22-33

Istri tunduk kepada suami seperti jemaat tunduk kepada Kristus. Suami juga mengasihi istri seperti Kristus mengasihi Jemaat. Keluarga yang bahagia tidak berpijak kepada dasarnya masing-masing. Harus ada komunikasi antar pasangan dan harus saling mengasihi. Pasangan harus mengerti satu sama lain, mengerti apa kebutuhan pasangannya.

Jika memang pasangan tersebut sedang mendapat masalah, bisa berpisah untuk sementara waktu, tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (1 Kor 7:1-5) dan pasangan tersebut tidak boleh bercerai (1 Kor 7:10-11). Pasangan harus hidup bersama dengan kasih ilahi bukan dengan kekerasan ataupun dari sudut pandang masing-masing. Jika sudah memiliki anak, bisa mengajak anak untuk berdoa bersama-sama. Hal ini akan menjadikan keluarga yang bahagia, bisa mengerti satu sama lain.

Jika sudah melakukan perkawinan yang benar bagaimana agar keluarga bisa menyembah Allah bersama-sama:

1. Harus ada ketaatan.
Contoh: orang tua Yesus menyunat Yesus di hari kedelapan sesuai hukum taurat. Sunat merupakan lambang dari baptisan. Jadi keluarga harus mentaati perintah Tuhan. Jadi setiap ada kesempatan yang baik untuk melakukan perintah Allah (contoh memberi anak dibaptis), keluarga harus melakukannya.

2. Mengikutsertakan satu keluarga untuk ibadah.
Jika pasangan susah untuk diajak, bisa melalui anak yang mengajak dan berdoa agar bisa bersama-sama ibadah. Jangan mencari alasan untuk tidak ibadah contoh orang tua Yesus beserta semua anaknya tiap tahun beribadah ke Yerusalem pada hari raya Paskah (Luk 2:41). Jangan seperti perintah Firaun, hanya laki-laki ibadah sedangkan ibu dan anak-anak dirumah (Kel 10:9-11), jika tidak bersama-sama akan mudah jatuh ke dalam pencobaan iblis.

3. Mendidik anak sedini mungkin untuk mengenal Tuhan yang benar.
Anak yang sedini mungkin sudah diajarkan mengenal Allah dapat lebih mudah diajarkan kebiasaan yang baik terutama kebiasaan untuk menyembah Allah dan ibadah yang baik. Contoh: Abraham-Sara mendidik Ishak. Ishak mau membantu membawa kayu saat naik ke bukit Moria (Kej 22:6), Yosua kepada seluruh keluarganya (Yos 24:14-15).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...